Jual beli adalah kegiatan yang kita lakukan dalam aktifitas rumah tangga periode waktu tertentu ataupun juga dilakukan secara mendadak.
Dimasa pandemi seperti sekarang berbelanja tidak hanya kegiatan jual beli yang terjadi ditoko, namun juga secara daring baik itu lewat E-commerce, ojek online ataupun jasa layanan antar toko.
Kenyamanan saat berbelanja ini dimanfaatkan pelaku E-commerce dengan mengirim notifikasi promo besar-besaran produk keluaran terbaru. Apabila kita melakukan pembelian secara impulsive maka bisa dikatakan belanja karena FOMO.
Fear Of Missing Off (FOMO) adalah sebuah kondisi psikologis seseorang yang cemas ketinggalan sesuatu yang sedang viral saat ini.
Orang-orang yang mengalami FOMO cenderung dialami oleh orang yang sering bermain media sosial mommy, berlomba-lomba paling update demi mendapat pengakuan bahkan beberapa orang rela menampilkan image yang tidak sesuai dengan kepribadian mereka. Agak ngeri ya mommy tapi jangan khawatir kita kali ini kita akan membahas FOMO lebih jauh.
Bagaimana FOMO mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari?
Selama pandemi kita berada dirumah melakukan aktifitas ataupun
pekerjaan kantor, setelah pekerjaan selesai tentu saja yang kita lakukan bermain
media sosial.
FOMO adalah salah satu strategi pemasaran yang dicetuskan pertama kali oleh Dan Herman tahun 1966 yang dilakukan E-commerce agar meningkatkan penjualan mereka salah satunya dengan cara mengirim email promo bulanan dan diskon besar barang tertentu.
Kalap belanja. Itulah yang akan terjadi pada kita apabila melakukan pembelian karena terpengaruh dengan promo yang ditawarkan. Tidak apa-apa kalau yang kita beli memang kebutuhan rumah tangga namun akan menjadi masalah kalau membeli sekedar “keinginan” saja
Ini sangat penting mommy, kalau kita tidak menyikapi masalah ini secara serius nanti kita atau anggota keluarga kita akan mengalami FOMO.
Apa yang harus kita lakukan terhadap FOMO?
Seperti pembahasan kita sebelumnya disini membuat daftar pengeluaran dan memprioritaskan barang yang kita beli sangat ampuh dalam sebagai “rem”.
Menunggu selama beberapa waktu untuk meyakinkan diri kita bahwa barang tersebut bukan hanya keinginan semata. Selama waktu menunggu pikirkan baik-baik apakah hal yang kita inginkan mempunyai “nilai” tambah secara fungsional maupun emosional.
Batasi waktu bermain media sosial.
Kebanyakan kita termasuk saya hehe lebih banyak menghabiskan waktu dengan berselancar didunia maya. Kita bisa terapkan untuk membatasi media sosial selama beberapa jam setiap harinya. Ingat ya mommy media sosial bukanlah seperti yang kita lihat, bisa jadi orang yang kita lihat selalu hidup senang tapi perjuangannya mendapatkan itu semua sangat keras ya mommy. Don’t judge book by its cover.
Filer.
Menyaring apa yang akan kita lihat di media sosial sangatlah penting agar tidak terkena FOMO. Kalau sebelumnya mommy hanya sekedar melihat apa yang lewat diberanda, sekarang bisa kita coba dengan mencari akun yang secara aktif membagikan ilmu baik itu parenting, financial ataupun lainnya.
Melakukan hobi.
Mengisi kegiatan dengan melakukan hobi sangat bermanfaat untuk kita. Tidak hanya sebagai "healing" menyalurkan hobi yang bisa mendatangkan cuan dapat menjadi side job.
Bersyukur dan fokus.
Meski terdengar klise, bersyukur adalah rem yang ampuh dalam mengatasi FOMO. Selalu membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan sosial orang lain akan sangat tidak berimbang. Alih-alih mengikuti gaya hidup konsumtif, “upgrade” ilmu tentunya akan lebih bermanfaat.
Fokus terhadap tujuan anggaran keuangan rumah tangga juga bisa menjadi pembatas akurat dalam mengatasi FOMO. Melakukan kegiatan meditasi juga bisa dilakukan
Jadi mommy manfaatkanlah media sosial sebaik-baiknya. Jangan
sampai kita menjadi korban hanya karena merasa tertinggal dengan yang lain. Be smart buyer.
Komentar
Posting Komentar